Senin, 22 Desember 2008

WAYANG: KERJA, KARYA DAN DHARMA 7


Buto cakil kali pertama diciptakan
pada masa Sultan Agung. Sebelumnya
tokoh itu tidak ada sama sekali.
Biasanya mereka tampil pada adegan
perang kem-bang atau perang bambangan.
Pada perkem-bangannya
dikenal pula Buta Rambut Geni.
Konon buta ini adalah representasi
londo-londo-manusia kulit berwarna
yang datang dan menjadi imprealis di
Nusantara (lebih lengkap lih. Sutini,
Sejarah Perkembangan Kesenian Wayang, pada www.javapalace.com)

Sementara Punakawan, ia diamini berasal dari Jawa. Pada mitos India tokoh ini sama sekali
tidak dikenal. Istilah Semar sendiri diyakini berasal dari bahasa Arab, Ismar yang berarti
paku. Itulah kemudian paku orang Jawa itu dijadikan gelar oleh Keraton Surakarta,
Pakubuwono (Woodward, 1999: 329). Itulah mengapa Semar seringkali dianggap sebagai
representasi Nabi Jawa di luar Dewa. Ia dianggap lebih membumi dan lebih mau tahu dengan
perkara Jawa dibanding dengan tokoh-tokoh (impor) lainnya. Semar dikenal juga dengan
nama sang Hyang Ismaya. Ia adalah saudara Sang Hyang Manik Maya atau umum disebut
Batara Guru. Semar ini juga memiliki saudara yang sifatnya berbanding terbalik dengannya,
yakni Sang Hyang Tejamaya alias Tejamantri. Tejamantri atau disebut Togog oleh
masyarakat Sunda, terkenal karena sifat menghambanya kepada mereka yang mampu
membayar lebih (Tentang kelahiran Togog dan Semar dan mengapa mereka jelek lihat
Ensiklopedi Wayang, hal. 238).

Di satu sisi, Orang Jawa sendiri menganggap Semar sebagai guru spiritual Arjuna walaupun
ia selalu berseloroh sarkas, tak tahu basa, kasar, pendek, jelek, hitam dan sering kentut-an.
Mereka juga mempercayai bahwa Bagong, salah satu anak Semar dilahirkan dari bayangan
Semar sendiri. Ketiga anak Semar, Gareng, Bagong dan Petruk adalah pengejawantahan dari
masa lalu, masa kini dan masa depan. Dan tidak ada yang melebihi Semar dalam mistitisme
Jawa, sekalipun Batara Guru, Raja para Dewa, saudaranya itu. Tetapi walau dipercaya
sebagai guru spiritual Pandawa, pada dasarnya Semar hanyalah abdi, rakyat kebanyakan,
pada umumnya petani dan sama sekali bukan bangsawan apalagi berdarah biru.

Tidak ada komentar: