Senin, 22 Desember 2008

WAYANG: KERJA, KARYA DAN DHARMA 5


Pada tengah malam pertunjukan akan memasuki Pathet sanga. Masa ini diasosiasikan sebagai masa seorang dewasa memandang masalah, memilah dan menetapkan suatu nilai bagi dirinya. Pada masa ini Para Punakawan muncul dengan gojekan-gojekannya yang sarkas. Digambarkan pula bagaimana seorang tokoh berusaha menyelesaikan masalah. Biasanya
penggambaran ini diwujudkan dengan usaha mempertemukan diri dengan diri malalui jalan tapa, menyepi dan lain sebagainya.

Geertz (1981: 369) menjelaskan usaha ini (tapa, menyepi, dsb) tidaklah dapat dipadankan dengan penolakan atas hidup. Yang tepat adalah pengunduran diri sementara atau dalam bahasanya “...bukanlah pelarian diri dari kehidupan, tapi pelarian dalam hiduplah yang dipuji”

karena inilah sesungguhnya etik satria. Pengunduran diri dengan demikian berfungsi untuk
mempertemukan Diri dengan Realitas Akhir, sebuah usaha untuk meniadakan emosi yang
duniawai. Dengan cara ini energi akan terfokus menjadi kekuatan besar yang bermanfaat.
Pilihan pada akhirnya akan bergantung pada bagaimana tokoh tersebut melihat konteks
permasalahan, “...mistik adalah sebuah ilmu yang netral secara moral dan bisa juga digunakan
setiap orang. Ia membawa pengetahuan; dan sebagaimana halnya ilmu pengetahuan pada
umumnya, pengetahuan itu merupakan kekuasaan untuk kebaikan maupun keburukan”
(Geertz: 1981: 366).

Usaha tapa, nyepi dan sebagainya ini sebenarnya dapat dipadankan dengan usaha penjarakan atau yang lebih dikenal sebagai distansiasi pada masyarakat modern. Ketika seseorang mempertanyakan yang mistis (yang diniscayai pun sekedar dipercayai tanpa di fikir) dengan demikian ia telah berada di ruang ontologis. Fase yang ontologis inilah yang pada gilirannya akan memperlihatkan fungsi dan senyatanya peran. Etik ksatria bermain di aras ini. Seperti layaknya Arjuna yang kejam atas nama keharusan ‘nasib’, tiap tokoh pada gilirannya akan memainkan perannya masing-masing dan wajib menyelesaikan tugasnya. Tidak ada yang dapat merubah kewajiban—bagaimanapun beratnya atau naifnya—itu kecuali perumusan ulang mengenai peran dan posisi tadi.

Puncaknya adalah persiapan bagi perang ageng dari tokoh yang telah menjadi ksatria itu.
Pathet Manyura atau Burung Merak adalah fase akhir dari perjalanan tersebut. Fase ini
dimulai sekitar pukul tiga dini hari sampai menjelang fajar dan merupakan gambaran bagi
sebuah hari tua. Ia filosofis dan seakan memapar sisi-balik-senyap: sebuah kesimpulan akhir
dari penggal perjalanan hidup.

Tidak ada komentar: