Selasa, 23 Desember 2008

APA dan wayang di Asia: menjalin benang-benang tumpuan

Maka, bayangkan wayang tumbuh selayaknya laba-laba. Ingat pula pada persemayamannya yang bertumpu pada jejaring halus, yang mewadahi hidupnya. Pribadi-pribadi, kelompok, dan para ahli pewayangan di wilayah ASEAN menyadari adanya benang-benang halus kepedulian mereka terhadap dunia pewayangan, yang seolah mengaitkan diri mereka satu sama lain। Rasa peduli yang berakar dari kerinduan pada wayang, yang dipandangnya perlahan terseok di tengah arus modernisasi.

Serupa para arsitek laba-laba, para perindu wayang ini, yang kemudian menjadi para penggagas Asean Puppetry Association-APA, melihat pentingnya jejaring di Asia guna menangkup hidup pewayangan dunia yang lestari। Latar budaya yang majemuk, baik di dalam negeri maupun antar negara anggota, tidak kemudian menguras perlahan rasa kepedulian mereka untuk membangunkan sebuah tempat bernaung bagi kehidupan pewayangan.


APA memungut satu demi satu benang-benang kepedulian negara-negara ASEAN, menganyamnya, dan wayang akan menumbuhkan diri di atasnya. Oleh karenanya, semenjak batu pertamanya yang diletakkan pada tanggal 1 Desember 2006, dalam upacara resmi yang dipimpin H.E. Jusuf Kalla, APA telah menunjukkan langkah besar kemajuan dalam mendukung pengembangan pewayangan dengan segera merampungkan pondasi utama bangunan jejaring mereka. Di Palembang, Sumatera Selatan, 5-7 September 2007, dalam Sidang pertama, APA menyelesaikan agenda-agenda pengorganisasiannya,termasuk di dalamnya menyelesaikan AD/ART serta merumuskan rencana kegiatan-kegiatan APA. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, APA tetap menjalankan rencana kerja yang telah disepakati di Sidang Palembang. Kali ini, Desember 2008, di DI Yogyakarta, para anggota APA kembali berkumpul dalam Sidang APA ke-2. Para peserta dari Brunei Darussalam, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam।


APA juga mengundang para rekan mereka dari Cina, India dan Jepang untuk bergabung dalam hajatan tahunan ini. Pelibatan ini diharapkan dapat memerluas rentang jalinan kerjasama yang telah dirintis di wilayah Asia Tenggara. Dalam Sidang ke-2 ini APA meninjau lagi capaian-capaian mereka sejak pertemuan pertama di Palembang; di antaranya melakukan penguatan Sekretariat APA, penggalangan dana, penerbitan buku pewayangan ASEAN serta pertukaran pementasan dan ahli antara kelompok anggota।


Di kesempatan lain di pertemuan, Brunei Darussalam yang mengakui tidak memiliki tradisi pewayangan, menyatakan ketertarikannya dalam mengembangkan wayang bermuatan Islam di negerinya. Kemungkinan yang tengah dijajaki dalam menindaklanjuti ketertarikan Brunei Darussalam adalah pementasan tandang Wayang Menak dari Indonesia।


Dalam pertemuan ini, Sekjen SENA WANGI, Tupuk Sutrisno menggarisbawahi beberapa hal terkait pembinaan dan pengembangan dunia pewayangan. Pertama,beliau menyampaikan perlunya perhatian Pemerintah dalam mendukung pelestarian tradisi wayang ini. Hal kedua adalah peningkatan kualitas sanggar, sebagai tempat berkumpulnya para peminat,praktisi, pemeduli wayang.Di samping itu, membangun sanggar di setiap negara anggota APA dinilai dapat menjembatani setiap pertumbuhan dan geliat pengembangan wayang। Wayang juga memiliki potensi besar dalam mendukung industri budaya, selain juga sebagai penunjang pariwisata.


Berkenaan dengan rendahnya keterikatan kaum muda dengan dunia pewayangan, disodorkan beberapa upaya, misal dengan penerjemahan bahasa dalam dialog wayang sehingga lebih mudah dipahami penontonnya, serta menunjang pengajaran Bahasa Daerah di sekolah-sekolah. Atau,dapat pula ini dilakukan dengan memadatkan masa pementasan, misal dari pementasan semalam suntuk menjadi pementasan hingga tengah malam saja, menjadi pakeliran ringkas bahkan menjadi pakeliran padat. (Atek).

Tidak ada komentar: