Selasa, 23 Desember 2008

Mimpi-mimpi Abdul Hakim

Lelaki di hadapan saya ini tersenyum ramah। Berbaju batik sambil mengenakan topi, siang itu Abdul Hakim membagi cerita, mimpi dan harapannya tentang pengembangan wayang di negeri asalnya, Brunei Darussalam.

H। Abdul Hakim bin H. Mohd. Yassin, utusan dari Brunei Darussalam, dalam Sidang II ASEAN Puppetry Association – APA di Yogyakarta. Dia seorang pensiunan guru, yang telah 14 tahun mengabdikan diri dalam dunia pendidikan Bahasa dan Pustaka Melayu di Brunei Darussalam. Dia jatuh cinta pada pementasan wayang, sejak sekitar 1970 ketika dia masih menjalani masa belajarnya di Malaya University, Malaysia, menekuni kajian Melayu. Dia sempat menyaksikan pementasan wayang kulit di negara bagian Kelantan, yang kelak hingga bertahun-tahun kemudian akan menjadi mimpi dia hari ini.


Saya melihat wayang dapat menjadi penyampai pesan, cerita dan pelajaran mengenai banyak hal,misalkan mengenai sejarah negeri atau persoalan-persoalan lain yang mengemuka di masyarakat, demikian Abdul Hakim menuturkan. Pertunjukan boneka tangan untuk anak-anak telah cukup dikenal di Brunei, untuk menyampaikan cerita-cerita sejarah kepada anak-anak dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Sebagaimana halnya pertunjukan boneka, teater juga bukan hal yang asing untuk masyarakat Brunei. Sebagai seorang yang berkonsentrasi dalam bidang bahasa, sastra dan pustaka, dia juga banyak menggeluti dunia teater, yang dibandingkannya dengan wayang orang untuk di Indonesia. Sejak pensiun tahun 2004, Abdul Hakim memberikan lebih banyak perhatian dalam isu-isu pengembangan wayang।Keikutsertaannya sebagai anggota pengakselerasi APA merupakan salah satu langkah memperluas kesempatan mewujudkan mimpi lamanya: wayang dapat dihidupkan di Brunei.


Hanya saja, Abdul Hakim memilik sebuah catatan। Wayang di Brunei mungkin tidak akan menceritakan kisah-kisah Mahabharata atau Ramayana, yang lahir dari kebudayaan Hindu, sementara Brunei tentu saja memiliki latar belakang budaya Islam yang kuat. Wayang Menak, yang merupakan wayang kulit dengan kisah-kisah berkonteks budaya Islam dan cukup berkembang di Indonesia, saat ini sangat menarik minatnya. Dia membayangkan bahwa suatu hari sekelompok pementas Wayang Menak dari Indonesia dapat melakukan pagelaran di negerinya.


Impiannya ini disambut baik oleh para anggota APA। SENAWANGI bersedia memfasilitasi proses pementasan wayang Menak di Brunei. Harapan Abdul Hakim sendiri pementasan ini dapat dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2009 yang akan bertepatan dengan ulang tahun Sultan Brunei yang ke-63.


Lebih jauh, Abdul Hakim berharap bahwa dengan semakin diterimanya wayang di publik Brunei, ke depan ingin dilihatnya dalang-dalang handal Indonesia diundang untuk membagi ilmu pedalangan dan pewayangan kepada para peminat wayang di Brunei. Atau, pula sebaliknya, dia memimpikan pemuda-pemuda Brunei akan berlatih ke Indonesia. Bagi Abdul Hakim, Indonesia adalah salah satu tempat terbaik untuk belajar mendalam tentang pewayangan.(Atik)


Tidak ada komentar: