Selasa, 23 Desember 2008

Sultan Hamengku Buwono X Buka Festival Wayang Indonesia ke-2

Yogyakarta, - Sultan Hamengkubuwono X selaku Gubernur, Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta akhirnya resmi membuka Festival वयं Indonesia ke-2 di Pagelaran Keraton Yogyakarta. Dalam sambutannya mengingatkan pentingnya kedudukan dan peran wayang, Ada empat nilai tersirat dalam hakikat wayang yang memainkan peran penting di era ini. Pertama, wayang bernafaskan keluasan pandangan yang mengedepankan dialog, terutama dalam mencari solusi atas perbedaan, Sabtu (13/12).

“Lakon Arjuna dan Cakil adalah contoh nyata dimana upaya dialog berusaha dikedepankan, sebelum akhirnya pertempuran antara kedunya terjadi karena ternyata Cakil benar-benar berniat membunuh Arjuna.”katanya. Lebih lanjut dikatan, wayang bernafaskan tolerasi terhadap pluralitas. Toleran dalam hal ini adalah sikap dan kemampuan psikis untuk menerima komunitas lain, keluar dari batas-batas primordialnya, dan menempatkan orang lain sebagai sesama manusia.

Selanjutnya, yang dijunjung tinggi dalam wayang adalah harkat kemanusiaan dan bukan atas dasar asal-usul, bahkan tokoh Karno, Bisma dan Sengkunipun tetap dihormati dalam perang Bharata Yudha. Sultan menambahkan, dalam wayang penonton jadi peka untuk menilai bahwa dalam kelas sosial manapun akan selalu ada yang baik, yang buruk, yang benar maupun yang salah.

“Di sini tokoh dinilai semata berdasar sikap dan kualitas kemanusiaannya, dan bukan hal lainnya”katanya. Wayang tidak saja berisi ajaran teroritis melainkan justru sangat kongkrit. Ia tidak moralistik sehingga tidak menggurui. ”imbuhnya.

Dalam sambutan yang berlangsung selama sekitar 10 menit itu, Sultan juga mengingatkan bahwa meskipun wayang memiliki nilai aktual tetapi tidak berarti wayang dapat memainkan peranannya di masa kini. Untuk mengaktualisasikan kedudukan wayang, peran orang muda menjadi mutlak perlu.

Menurut Sultan seharusnya hal ini tidak menjadi kendala karena bukankah wayang selalu terbuka dalam menghadapi perkembangan jaman. Ia percaya jika wayang mengandung kekuatan amot, among, amemangkat yakni kemampuan untuk menerima pengaruh luar untuk disaring dan diolah guna memperkuat budaya wayang.

Dalam penutupnya, Sultan mengingatkan Pepadi dan para dalang maupun seniman wayang, apakah seni wayang yang menghasilkan penghargaan wayang sebagai karya agung budaya dunia dapat menjadi wahana meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia yang lebih bermutu. Acara yang juga dihadiri oleh Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid, Wakil Deputi Bank Indonesia Kodradi dan Staf Ahli Departemen Dalam Negeri Harjono itu ditutup dengan iring-iringan andong yang mengantar para delegasi dari berbagai provinsi maupun negara itu menuju Societet, Taman Budaya Yogyakarta. Sampai di tempat, para delegasi segera dijamu dengan Reog Ponorogo dan Pentas Wayang Tiga Generasi. yang mengambil lakon Sinto Ilang. Di

sini Bayu Probo Prasopo Aji, dalang cilik yang masih duduk di kelas lima SD, berhasil tampil memikat bersama dalang muda, Nanang Ananto Wicaksono dan dalang senior, Ki Suparman dalam lakon ’Shinta Ilang’.(Cnd)

Tidak ada komentar: